Para imam mengetahui apa yang ada dilangit, bumi, surga, neraka ,
mereka mengetahui apa yang telah terjadi dan semua yang terjadi kemudian.(Al
Kafi jilid 1 hal. 204) ciptaan Allah dan yang akan diciptakan.
Mereka mengetahui seluruh ucapan-ucapan manusia, burung, binatang
dan segala yang bernyawa Barang siapa tidak bersifat demikian maka dia bukan
Imam(Al Kaafi 1/225).
Para imam mendapatkan wahyu yang seperti diceritakan oleh Abi Jafar
ia berkata : “Allah tidak akan menurunkan ilmu kecuali kepada keluarga Nabi
dengan perantara Jibril as” (Al Kaafi 1/330).
Pengetahuan mereka telah sempurna sejak mereka dilahirkan. Riwayat
dari Ya’kub Assiroj suatu ketika ia masuk ke rumah Abi Abdillah as ia sedang
duduk didekat kepala Abi Hasan Musa saat dia masih bayi,dia berbisik-bisik
dengan Abul Hasan lama sekali, aku pun diam hingga mereka berdua selesai
berbisik-bisik. Aku pun mendekatinya, lalu ia berkata padaku “mendekatlah pada
tuanmu berikan salam padanya “ maka aku mendekat dan memberi salam ia (anak)
menjawab dengan fasih kemudian ia berkata padaku, pulang dan gantilah nama anak
perempuanmu yang kamu namai kemarin, nama itu benci oleh Allah. Kemarin aku
meberi nama anakku dengan Humaira’[1] (Al Kaafi 1/247).
Bagaimana seorang anak kecil dalam gendongan dapat mengerti
nama-nama yang dibenci Allah, termasuk Humaira’? Dia tidak mungkin tahu jika
tidak mendapat wahyu dari Allah. Inilah kekafiran dan kemurtadan. Karena oarng
yang yakin bahwa ada yang mendapat Wahyu setelah Nabi adalah kafir. Ingat perang
Riddah, Abubakar Assiddiq memerangi Musailamah Al Kazzab karena dia mengaku
mendapat wahyu. Ali ikut dalam peperangan itu bahkan mendapat bagian seorang
budak dari rampasan perang, yang akhirnya melahirkan anaknya yang bernama
Muhammad ibnu Hanafiyah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar